KISAH Ibrahim beserta anak dan isterinya adalah awal mula inspirasi Idul Adha ada. Kini Idul Adha menjadi ritual tahunan kita (muslim) di setiap Zulhijjah tiba sebagaimana Idul Fitri di bulan Syawal setiap tahunnya. Tentu banyak pesan yang mesti menjadi perhatian kita (manusia) dalam i’tibar Idul Adha.
Satu hal yang perlu dan terasa harus diulang satu hari menjelang datangnya Idul Adha besok (Senin, 12/09/16) di halaman ini adalah perihal perlunya keikhlasan sejati dalam menghadapi apa-apa jua cabaran diri. Dalam hidup sehari-hari memang banyak sekali yang boleh jadi membuat diri tidak enak hati.
Boleh jadi cita-cita yang belum terpenuhi, keinginan tinggi yang tak kunjung didapati bahkan hubungan baik yang tiba-tiba seolah kehilangan komunikasi. Itu semua pasti sudah ada yang menjadi pengendali. Tidak akan pernah terjadi sesuatu apapun tanpa kendali Sang Maha Pengendali.
Maka menjelang esok datangnya hari besar untuk mengakui dan menunjukkan kebesaran Ilahi, mari lepaskan segala ego diri yang pasti akan mengekang diri untuk ikhlas menerima pengaturan Ilahi. Keluarga Ibrahim sudah memberikan pengajaran sejati bagaimana membuktikan keikhlasan kepada Sang Khaliq.
Penulis ini dengan kesadaran tinggi mengakui bahwa dirinya pasti ada banyak salah dan dosa ketika berhadapan dengan sesama kita. Sekali lagi, mari sama-sama saling memafkan, sama-sama mengikhlaskan dan sama menerima harapan maaf dari teman-teman. Jangan pernah dipendam dendam yang hanya akan tambah dalam. Selamat Idul Adha, kita saling ikhlas atas segala khilaf dan salah di antara kitra dan kita mohon apun atas dosa kepada Allah, Tuhan Maha Penguasa.***