Allah Subhahu Wata’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواۡ وَٱلَّذِينَ هَادُواۡ وَٱلنَّصَٰرَىٰ وَٱلصَّٰبِئِينَ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْأٓخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati. (
QS Al-Baqarah (2) ayat 69).
QS Al-Baqarah (2) ayat 69).
MENGAPA AYAT DI ATAS DITURUNKAN ?
Ayat diatas turun untuk menjawab pertanyaan Salmàn al-Fàrisiy tentang nasib kaum Nasrani yang tulus beriman kepada Allah dan meninggal sebelum diutusnya Nabi Muhammad sallallàhu ‘alaihi wasallam.
عَنْ مُجَاهِدٍ، قَوْلُهُ: (إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا) اَلْآيَةَ. قَالَ:سَأَلَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أُولٰئِكَ النَّصَارٰى وَمَا رَأَى مِنْ أَعْمَالِهِمْ. قَالَ: لَمْ يَمُوْتُوْا عَلَى الْإِسْلَامِ. قَالَ سَلْمَانُ: فَأَظْلَمَتْ عَلَيَّ الْأَرْضُ وَذَكَرْتُ اجْتِهَادَهُمْ. فَنَزَلَتْ هٰذِهِ الْآيةُ:(إِنَّ الَّذيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا) فَدَعَا سَلْمَانَ فَقَالَ: نَزَلَتْ هٰذِهِ الْآيَةُ فِيْ أَصْحَابِكَ. ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:مَنْ مَاتَ عَلٰى دِيْنِ عِيْسٰى وَمَاتَ عَلَى اْلإِسْلَامِ قَبْلَ أَنْ يَسْمَعَ بِيْ فَهُوَ عَلٰى خَيْرٍ، وَمَنْ سَمِعَ بِيَ الْيَوْمَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِيْ فَقَدْ هَلَكَ.1
Menjelaskan sebab nuzul firman Allah, innallažìna àmanù wallažìna hàdù … hingga akhir ayat, Mujàhid berkata, “Salmàn al-Fàrisiy bertanya kepada Nabi sallallàhu ‘alaihi wasallam perihal kaum Nasrani dan bagaimana pen-dapat beliau tentang amal mereka. Nabi bersabda, ‘Mereka meninggal dalam keadaan tidak beragama Islam (yakni: patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara menauhidkan, menaati, dan membebaskan diri dari kemusyrikan).’ Dengan sedih Salmàn berkata, ‘Jika demikian, sungguh bumi terasa gelap bagiku; aku ingat betul bagaimana kesungguhan mere-ka (dalam beribadah).’ Berkaitan dengan hal ini turunlah ayat, innallažìna àmanù wallažìna hàdù. Rasulullah lalu memanggil Salmàn dan bersabda, ‘Ayat ini turun terkait teman-temanmu.’ Beliau juga bersabda, ‘Siapa saja yang wafat dalam keadaan memegang teguh agama Nabi Isa dan agama Islam sebelum ia mendengar dakwahku, ia berada di atas kebaikan. Se-baliknya, siapa saja yang hari ini mendengar (dakwahku) tetapi enggan beriman kepadaku, sungguh ia telah celaka.’”
Ibnu Abi Hatim dan al-‘Adni dalam musnadnya meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Nujaih, dari Mujahid, dia berkata, “Salman berkata, ‘Saya bertanya kepada Nabi tentang para pemeluk agama yang dulu saya anut’ Lalu aku ceritakan tentang shalat dan ibadah mereka. Maka turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi …’ (Al-Baqarah: 62).’ ”
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, dia berkata, “Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kawan-kawannya dulu beliau berkata, ‘Mereka masuk neraka.’ Salman berkata, ‘Maka bumi terasa gelap bagiku.’ Kemudian turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi…’sampai firman-Nya, ‘…Mereka tidak bersedih hati.’ (Al- Baqarah: 62). Dia berkata, ‘Seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuhku.’ ” (Artinya Salaman senang mendengar kabar kawan-kawannya dahulu yang beriman dan taat beribadah sebelum nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam diutus berada dalam kebaikan/selamat).
Ibnu Jariri dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur as-Suddi, dia berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kawan-kawan Salman al-Farisi dulu.”
PENJELASAN:
Orang-orang mukmin ialah orang yang mengaku beriman kepada Muhammad Rasulullah saw dan menerima segala yang diajarkan olehnya sebagai suatu kebenaran dari sisi Allah.
Orang Yahudi ialah semua orang yang memeluk agama Yahudi. Mereka dinamakan Yahudi karena kebanyakan mereka dari keturunan Yahudi, salah seorang keturunan Yakub (Israil).
Orang-orang Nasrani ialah orang-orang yang menganut agama Nasrani. Kata Nasrani diambil dari nama suatu daerah Nasirah (Nazareth) di Palestina, tempat Nabi Isa dilahirkan. Siapa saja di antara ketiga golongan di atas yang hidup pada zamannya, SEBELUM KEDATANGAN Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dan benar-benar beragama menurut agama mereka, membenarkan dengan sepenuh hati akan adanya Allah dan hari Kiamat, mengamalkan segala tuntutan syariat agamanya, mereka mendapat pahala dari sisi Allah.
Sabi’in ialah umat sebelum Nabi Muhammad saw yang mengetahui adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan mempercayai adanya pengaruh bintang-bintang.
Mengenai orang-orang Sabi-in, para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat mereka. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang Sabi-in) adalah suatu kaum antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani, pada hakikatnya mereka tidak mempunyai agama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid.
Lihat pembahasan lengkap tentang “Agama Shabiin” Disini
Sesudah kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, semua umat manusia diwajibkan beriman kepadanya dan seluruh ajaran yang dibawanya, yakni dengan menganut lslam.
Kesimpulan:
1. Penjelasan bahwa Kaum Yahudi dan Nashrani yang Masuk Syurga adalah mereka yang beriman dan bertaqwa pada masa sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
2. Adapun Kaum Yahudi dan Nashrani yang hidup di masa setelah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam diutus sebagai nabi dan mereka MATI dalam keadaan TIDAK BERIMAN dengan syariat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam (Islam), maka tempat mereka adalah NERAKA Jahanam.
3. Allah Subhahu Wata’ala berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْأٓخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Artinya;
Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran:85)
Sumber Inspirasi:
1. Tafsir Al-Qur’an Terjemahan Karya Imam Ibnu Katsir
2. Tafsir dan Asbabun Nuzul Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI)
3. Kitab Asbab An- Nuzul (Terjemahan) Karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi