Wahai saudaraku, semoga Allah memberikan rahmat kepada Adzuman yang memanfaatkan waktunya dalam ketaatan. Jika mendekati waktu tengah malam, maka dia bangun dari kasurnya dan melompat. Setiap kali mengingat dosanya, maka dia merintih dan menangis. Setiap kali mengingat Neraka Jahannam, maka dia ketakutan dan gemetarii”(6)
Apakah kita bagian dari mereka?
Ahmad bin Ali berkata kepada Abdurrahman bin Abu Hatim Ar-Razi Rahimahullah “Apa yang menyebabkan kamu banyak mendengar hadits dari ayahmu? Mengapa kamu banyak bertanya kepadanya?” Abu Hatim Ar-Razi menjawab, “Mungkin karena setiap kali dia akan makan, berjalan, masuk kamar mandi, dan ketika masuk rumah untuk mencari sesuatu, maka saya disuruh untuk membacakan hadits kepadanya.”(7)
Itulah semangat yang tinggi dan kemauan yang keras. Semangat dan kemauan yang karenanya Imam Abdurrahman bin Abi Hatim dapat menulis buku yang hebat dengan juduI Al-Jarh wa At-Ta’dil, dalam sembilan jilid besar; menulis ‘ buku Al-Musnad, dalam seribu juz atau 20 ribu lembar. Wahai ‘ saudara-saudaraku, sampai kapan kita akan menyia-nyiakan waktu. Apa yang telah kita persiapkan untuk liang iahat yang gelap. Mana bekal yang kita persiapkan untuk hari yang anak-anak menjadi beruban, anggota badan menjadi saksi, dan Wajah-wajah berubah menjadi putih dan hitam?
Dengarlah perkataan lbnu Aqil Al-Hambali Rahima. hullah, beliau menceritakan tentang penjagaan waktu yang dilakukannya, “Sesungguhnya tidak halal bagiku menyia-nyia kan sesaat pun dari usiaku walaupun lisanku tidak bisa lagi berucap dan berzikir, mataku tidak bisa menelaah, pikiranku berhenti. Aku berbaring di atas kasur. Aku tidak bangun, kecuali telah terbetik di dalam benakku apa yang pernah aku tulis. Sesungguhnya semangat saya dalam menuntut ilmu ketika berusia delapan tahun lebih besar daripada ketika berusia dua puluh tahun.”(8)
Bahkan, semangat umat terdahulu dalam menjaga waktunya telah sampai pada tingkat yang sangat menakjubkan, sebagaimana yang diceritakan oleh lbnu Rajab AlHambali, “lbnu Aqil berkata kepada kita, ‘Saya berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengurangi waktu makan. Saya memilih roti tepung yang dimakan dengan air daripada makan roti kering karena antara keduanya ada perbedaan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit waktu yang digunakan untuk memakan roti tepung dengan air daripada untuk makan roti kering agar saya punya lebih banyak waktu untuk membaca atau mendapatkan faidah yang belum saya ketahui (atau beliau melakukan itu supaya beliau punya kesempatan yang lebih besar untuk menambah pemanfaatan waktu)’.”(9)
Wahai saudara-saudaraku, bagaimana keadaan kita bila dibandingkan dengan orang-orang yang sabar dengan memakan makanan sederhana dan kelaparan? Mereka telah memanfaatkan waktu mereka dalan ketaatan. Mereka tidak menyia-nyiakan sedikit pun waktu mereka sehingga akan beruntung pada Hari Kiamat!
(InsyaAllah bersambung…….)
Baca artikel berikutnya:
——–
Foot Note;
(6) ‘At-Tabshirah karya lbnu Ai-Jauzi, |. 300.
(7)’ Dijelaskan Adz-Dzahabi, Siar AI-A’laam An-Nubala ‘, XIII, 250.
(8)’ Al-Muntadzm H Tarikh AI-Umam. karya lbnu N-Jauzi. Juz (9). ‘ Lihat dalam Dzail Thabaqaat AI-Hanowah, lbnu Raab, |, 177.
————–
Dikutip kembali dari buku :
١٢٥ طريقة لحفظ الوقت
125 Cara Memanfaatkan Waktu. Penulis: Abu Al-Qa’qa bin Sholih bin Ibrahim Ishaq Ash-Shai’iri)