Sikap terhadap sesuatu merupakan cermin dari pengetahuan dia tentangnya. Jika jiwa manusia tahu tentang pentingnya sesuatu, maka dia tidak akan pernah mau ketinggalan dan kehilangan darinya. Begitu juga dengan masalah waktu. jika seseorang mengetahui nilai waktu, maka dia akan terpacu untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Simaklah perkataan Ibnu Qayyim Rahimahullah berikut ini tentang pentingnya waktu, ““Sebenarnya waktu manusia adalah umurnya. Waktu adalah materi kehidupannya yang abadi. Waktu berjalan, seperti jalannya awan. Barangsiapa yang waktunya berjalan untuk Allah dan bersama Allah, maka itulah sebenarnya kehidupan dan umurnya. Selain itu, tidak termasuk dalam kehidupannya. Jika dia menghabiskan waktunya dalarn kelupaan, kesenangan, angan-angan yang batil, tidur, dan menganggur, maka kematian lebih baik baginya.”(37)
Ibnu Qayyim juga berkata, ‘Jika hari berlalu dan saya tidak berkarya serta tidak mendapatkan ilmu, maka itu bukan usiaku.”
Saudaraku tercinta, jika jiwamu melupakan dan mengesampingkan pentingnya waktu, maka ajarilah dengan perkataan lbnu AI-Jauzi berikut, “Manusia harus mengetahui kemuliaan zaman dan nilai waktunya sehingga dia tidak menyianyiakannya walaupun sebentar. Dia harus mempersembahkan yang terbaik dalam usianya, yaitu perkataan dan perbuatan yang terbaik seperti yang dijelaskan dalam hadits yang mulia,
“Niat seorang Mukmin lebih baik daripada perbuatannya. ”
(Diriwayatkan Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani ” (38)
Sekelompok salaf ada yang bergegas dalam memanfaatkan kesempatan. Ketahuilah bahwa orang yang memanfaatkan waktu lebih mulia daripada orang yang menghilangkan kesempatan. Diriwayatkan dalam hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa yang berkata, “Subhanallah wabihamdibi, akan ditanamkan baginya satu pohon karma di surga. ” (39)
Betapa banyak manusia yang menghabiskan waktunya dengan sia-sia, tanpa mendapatkan apa-apa. Sesungguhnya hari-hari |ni seperti sawah. Janganlah orang yang berakal berhenti dari menanam dan menyebar biji.“(40)
(InsyaAllah Bersambung……)
—————–
Foot Note:
(37)” Al-Jawab AI-Kahfi, karya Ibnu Qayyim.
(38). :’Saya katakan bahwa hadits ini diriwayatkan AI-Baihaqi dari hadits Anas Radhiyallahu Anhu; diriwayatkan Ath-Thabrani dalam Mu’jam AIKabir dari hadits Sahal bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu dan disebutkan Al-Haitsami dalam bukunya Majma’ Az-Zawaid, !, 61, dan hadits ini didha’ifkan Al-Albani dalam Silsilatu Al-Ahadits Adh-Dha’ifah,_ nomor 2789, tetapi maknanya shahih.
(39)‘ Saya katakan bahwa hadits ini diriwayatkan At-Tirmidzi dalam sunannya dari hadits Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa hadits ini hasan gharib; diriwayatkan Ai-Hakim dalam AI-Mustadrak
bahwa hadits ini shahih dengan syarat Muslim; diriwayatkan lbnu Hibban dalam Shahihnya; dan dishahihkan Al-Albani dalam Silsilatu Al-Ahadits Ash-Shahlhah, nomor 64.
(40). Shaid AI-Khathir, karya lbnu Ai-Jauzi. “
————
Dikutip kembali dari buku :
١٢٥ طريقة لحفظ الوقت
125 Cara Memanfaatkan Waktu. Penulis: Abu Al-Qa’qa bin Sholih bin Ibrahim Ishaq Ash-Shai’iri)